GARUDA TERBANGLAH TINGGI

12:55:00 PM

Belum pernah timnas Indonesia tampil secermalang saat ini. Lolos ke semifinal Piala AFF sebagai juara grup lewat tiga kemenangan. Dengan catatan gol 13 memasukkan dan kemasukan 2, juga dengan sedikit kartu kuning. Namun, semua itu belum istimewa jika "Merah Putih" belum ke final dan tercatat dalam sejarah jika Indonesia juara pada 29 Desember 2010.

Pelatih timnas Indonesia Alfred Riedl dan juga asisten pelatih Wolfgang Pikal berkali-kali mengingatkan pemain dan juga warga Indonesia bahwa kita belum mendapatkan apa-apa. Betul! karena kita belum menjadi juara. "Target saya lolos final. Target lainnya saya tidak ambil pusing," kata Riedl. Ia sangat yakin dapat meloloskan Indonesia ke final setelah memukul Thailand. Keyakinannya didasarkan pada penampilan tim polesannya pada tiga laga penyisihan grup. Berada di grup yang sebelumnya disebut sebagai "grup neraka", Indonesia justru melaju mulus ke semifinal sebagai juara grup.

Mengapa setangguh ini?
Indonesia memiliki potensi melimpah pemain bertalenta tinggi, tetapi sering sulit diracik menjadi timnas yang tangguh dan disegani seperti era 1960an atau 1970an saat saya belum lahir.haha. Apa karena kehadiran striker naturalisasi asal Uruguay, Cristian Gonzales dan striker keturunan Indonesia-Belanda, Irfan Bachdim mengangkat performa tim "Merah Putih"?

Pejabat PSSI beranggapan demikian. Mereka terus melanjutkan proyek naturalisasi dengan merekrut lima pemain asing lagi hingga menyisakan lima posisi starter timnas bagi putra asli negri berpenduduk 230 juta ini. Konstribusi Gonzales dan Irfan tidak bisa dipungkiri, namun dstatistik juga berbicar bahwa sembilan dari 13 gol Indonesia di cetak oleh pemain asli Indonesia. Karena itu terlalu naif bila kita terlalu mengelu-elukan pemain naturalisasi dan menyebut proyek ini telah sukses.

Reformasi Riedl
Akan lebih masuk akal jika kita melihat sosok Alfred Riedl dan gaya kepelatihannya. Pria berusia 61tahun ini dikenal tegas, disiplin, tak silau dengan reputasi pemain, berani ambil resiko dan yang terpenting : tidak mau diintervensi siapapun (TERMASUK PSSI). Sikap dispilin terlihat dalam latihan sehari-hari. Saat proses seleksi Atep pernah dihukum push-up 10 kali gara-gara sebentar meninggalkan lapangan latihan tanpa izin. Eka Ramdani juga pernah disemprot oleh Riedl karena memakai sepatu yang membuat kakinya lecet. "Jika terlambat pemain didenda Rp 50.000," kata Widodo. Ketegasannya terlihat juga saat mencoret Boaz Solossa yang tak datang saat dipanggil timnas. Dsisiplin dan ketegasan itu menjadi elemen penting dalam menempa disiplin pemainagar mereka tidak membuat banyak kesalahan saat bertanding.

Riedl juga tegas saat mengusir staf Andi Darussalam dalam pertemuan teknik yang dianggapnya tidak berkepentingan. Penolakannya akan interfensi ini bukan tanpa basa-basi. Hal ini jarang dimiliki pelatih sebelumnya, terutama pelatih lokal. Hasilnya Riedl berhasil menggabungkan wajah-wajah baru dan pemain senior dalam timnas Indonesia.

Diluar itu PSSI juga berbeda dari biasanya. Mereka all-out menggelontorkan dana, mulai uang harian Rp 500.000 kepada pemain dan bonus 5,5 miliar jika juara.Mengapa PSSI melakukan itu, jelas tidak sulit. PSSI berkempentingan dalam sukses-gagalnya timnas dalam mempertahankan jabatan ketum PSSI Nurdin Halid. Namun, suporter dan penonton tidak mau dikelabui. Seperti terlihat dalam tiga laga penyisihan grup, timnas menang banyak atau sedikit, koor selalu sama,"NURDIN TURUN! NURDIN TURUN! NURDIN TURUN!" Mereka satu koor, satu suara dan satu harapan agar timnas berjaya dan juara! Garuda terbanglah tinggi.     


GARUDA DI DADAKU 

You Might Also Like

3 komentar

  1. izin copy fotonya ya buat back ground twitter gua

    ReplyDelete
  2. izin kopi gambar mas bro..

    ReplyDelete
  3. denda e bukan 50.000 tapi 100.000 kalo telat gan. . dan PSSI cuma brkepentingan dalam suksesnya aj, skrg kalah yowes bahno

    ReplyDelete

Like us on Facebook

Flickr Images